Rabu, 3 Maret 2010.
Mudah sekali menemukan toko buku ini di pusat kota Florence, Italia; dari Piazza (Alun-alun) San Marco, ambillah Via (Jalan) degli Arrazieri, yaitu ke arah barat dari San Marco. Di persimpangan pertama, kau akan menemukan Via San Gallo, ambillah jalan yang ke kiri. Susuri Via San Gallo sekitar 100 meter, maka kau akan melihat sebuah toko buku di sebelah kana, Libreria Libri Liberi. Dari etalase depan, toko ini tampak biasa saja dan tidak terlalu luas. Satu hal yang membuatku tertarik, banyak buku dan mainan kreatif untuk anak-anak yang dipajang, bukan buku untuk orang dewasa seperti yang biasa ditampilkan toko buku lainnya.
Minggu lalu, aku, Kaila, dan Nonno (Kakek) Maurizio singgah di toko buku ini untuk membeli peta. Kaila yang memang doyan buku langsung mengikuti instingnya untuk menjelajah toko buku ini. Tidak puas hanya mengeksplorasi bagian depan, Kaila mulai berjalan ke belakang. Ia sempat terhanti sejenak, tampak ragu atau mempertimbangkan apa yang ingin dia lakukan selanjutnya. Ia berbalik mendatangiku dan menarik tanganku, "Sini, Mamma, sini!"
Memasuki bagian tengah toko buku ini membuatku takjub. Semuanya buku tentang dan untuk anak-anak! Tak hanya itu, di sebuah ruang aku temukan juga banyak mainan kreatif untuk anak-anak; puzzle, kubus-kubus angka dan huruf, juga boneka-boneka dan panggungnya. Ah, langsung aku teringat seorang teman di Yogya yang menetapkan dirinya untuk membangun dunia yang lebih baik dengan teater boneka-nya. Kaila terus menarikku ke belakang, ke ruangan di mana di sana terdapat buku-buku untuk anak-anak yang lebih besar, usia sekolah dasar lah. Dan Kaila masih saja menuntunku memasuki toko ini makin dalam, hingga kami sampai di bagian paling belakang di bangunan utama ini. Di ruangan yang hampir paling ujung ini aku menemukan berbagai buku tentang seni yang ditulis untuk anak-anak. Kulihat juga sebuah papan tulis dan beberapa set meja dan kursi, tampaknya ruangan ini siap diubah menjadi ruang kelas sewaktu-waktu. Di paling ujung aku lihat sebuah ruangan kecil yang digunakan sebagai kantor administrasi toko.
Kaila sibuk melihat-lihat buku, sementara aku terus mengeksplorasi toko ini. Di bagian belakang bangunan utama, aku lihat sebuah halaman yang cukup luas dengan pepohonan yang cukup rindang. Wah, kawasan hijau di belakang sebuah toko, menyenangkan sekali! Dan, akhirnya, sebuah boneka ayam jantan menarim perhatianku. Ia ditempatkan di pojok halaman, di bawah sebuah gazebo (yang belakangan aku ketahui itu bukan gazebo, melainkan teras dari sebuah ruang tambahan dari kompleks toko buku ini yang digunakan untuk berbagai pertunjukan untuk anak-anak.
Oleh karena tujuan jalan-jalan kali ini adalah untuk menemani Nonno Maurizio, maka aku berjanji kepada Kaila untuk mengajaknya kembali ke sini suatu hari nanti. Sebelum meninggalkan toko, aku bertanya kepada seorang perempuan yang ada di kasir, tentang toko buku ini dan aktvitasnya. Ia menjelaskan bahwa toko buku ini memiliki jadwal rutin pertunjukan teater atau panggung boneka untuk anak-anak, juga aktivitas kreatif dan seni untuk anak-anak. Ia memberikan selembar kertas yang berisi jadwal program bulan Maret 2010. Aku menyimpannya di dalam tas, mengucapkan terima kasih dan salam. Tak lupa aku berkata kepada Kaila, "Kita pasti akan kembali ke sini, Nak!"
Minggu, 7 Maret 2010.
Hari ini udara cukup dingin, meski matahari bersinar terang seharian. Sore hari, setelah Kaila bangun dari tidur siangnya, kami mengajaknya ke untuk melihat pertunjukan teater (untuk) anak di Libreria Libri Liberi, seperti janjiku. Aku lihat di kertas program, hari ini pertunjukannya tentang seorang kaisar yang gemar berganti-ganti baju. Aku tidak tahu pasti teater ini akan dimainkan seperti apa, dengan boneka ataukah diperankan oleh orang-orang.
Kami berangkat menggunakan bus no 1B yang melewati tepat di depan apartemen kami. Turun di Piazza San Marco, dalam 5 menit kami sudah tiba di Toko Buku Bebas dengan berjalan kaki. Di dalam toko tampak sekitar 10 anak-anak bersama orang tua mereka. Seorang laki-laki di kasir mengabarkan bahwa pembelian tiket untuk teater akan dibukan lima menit lagi. Secara otomatis aku melihat jam tanganku, pukul 16.45, ehm semoga mulai tepat waktu. Sementara itu, Kaila dan Luca sudah mulai menjelajah toko buku. Kaila yang sebelumnya sudah pernah ke sini bertindak lebih aktif , dengan menyentuh dan mengambil beberapa buku atau mainan. Sedangkan Luca yang baru pertama kali, dia tampak terkagum-kagum, sama sepertiku ketika datang ke toko ini beberapa hari lalu.
Di bagian belakang toko, aku melihat beberapa orang tua berkumpul. Ternyata mereka mulai mengantri untuk membeli tiket. Aku pun mengambil posisi di sana. Kami harus membayar 7 euro untuk satu tiket dewasa dan 5 euro untuk satu tiket anak-anak. Yang sudah membeli tiket dipersilahkan memasuki sebuah bangunan kecil di pojok halaman belakang, yang di awal terasnya aku kira sebagai sebuah gazebo. Ruangan ini tidak terlalu besar, sekitar 6x10 meter dengan sebuah panggung di satu sayap dan deretan kursi di sepanjang dinding pada sayap yang lain.
Seorang narator yang mengenakan jubah sebagai kostumnya sedang berbicara dengan beberapa anak dan orang tua. Ternyata ia sedang mengajak anak-anak untuk ikut bermain. Ia mencari dua anak yang bisa membaca, karena ada adegan yang harus menggunakan percakapan. Juga dua anak lainnya untuk memerankan dua petarung untuk sebuah adegan pertarungan dalam sebuah sayembara. Oleh karena hanya bisa menemukan satu anak yang bisa membaca, akhirnya dua orang tua menjadi sukarelawan untuk ikut bermain. Si Narator juga mengajari anak-anak yang lain beberapa gerakan dan kalimat yang harus dilakukan dan diucapkan selama pertunjukan nanti. Wah, aku semakin penasaran dengan teater partisipatif ini, hihihihi.
Kaila masih malu-malu, dia minta duduk dengan Luca di kursi penonton. Lima menit kemudian ia mengajak Luca duduk bersama anak-anak lainnya. Mulailah Si Narator membuka cerita tentang seorang Kaisar yang gemar berganti pakaian, paling tidak tiga kali sehari: untuk aktivitas pagi, siang, dan malam. Di panggung diletakkan tiga buah kostum yang dibuat dari kertas warna-warni, digantung dengan sebuah tali. Tak lama kemudian keluarlah seorang perempuan yang memerankan Kaisar. Ia mulai bermonolog dengan sesekali memasukkan lengannya ke lengan baju seolah-olah ia sedang mengenakan baju-baju itu.
Baju pertama yang dikenakan adalah pakaian berburu. Kaisar ingin memburu rubah yang nakal dan sering mengambil makanan dan mainan anak-anak. Kaisar turun dari panggung dan mengambil sebuah kuda-kudaan (hampir serupa dengan kuda lumping, tapi terbuat dari kayu). Lalu ia mengajak anak-anak untuk membentuk pasukan berkuda untuk mengejar rubah. Kaila menarikku, ia mau ikut dalam barisan itu, ia berlarian bersama yang lain sambil sesekali menirukan adegan pasukan berkuda. Ia juga menanyakan, "Mana si Rubah?" Aku menjelaskan bahwa si Narator memainkan peran sebagai rubah, tapi Kaila tetap bertanya. Mungkin karena si Narator tidak mengenakan kostum rubah, sehingga Kaila tidak mengenalinya.
Kaisar kemudian mencoba mengenakan baju kedua, namun tiba-tiba ia bersin. Ternyata ia alergi terhadap daun yang dipasang sebagai aksesoris baju itu. Ia beradegan bersin-bersin yang membuat anak-anak tertawa. Baju ketiga aadalah baju pesta. Di adegan ini, anak-anak diminta berdiri dan berdansa bersama-sama dalam sebuah lingkaran. Kaila mendesak-desak maju untuk ikut, tidak ada satupun yang memberikan tangan padanya, hahahaha tapi ia tetap gembira dan menari di luar lingkaran.
Singkat cerita, Kaisar menginginkan pakaian yang lain daripada yang lain. Dua orang penjahit (salah satunya diperankan oleh anak yang bisa membaca) sedang menyiapkan sebuah baju. Ketika dicobakan ke Kaisar, mereka mengurangi beberapa bagian, sampai akhirnya ... si Kaisar tak berbaju sama sekali! Si pemeran kaisar keluar panggung dengan memasang sebuah gambar tubuh tanpa baju. Semua anak tertawa. Dan, Kaila, apa yang dia lakukan?
Dalam adegan dua orang penjahit, Kaila naik ke atas panggung, ia mendatangi si Narator dan bertanya tentang si rubah yang tak pernah ia lihat. Karena si Narator sedang sibuk menarasikan cerita, tentu saja ia tidak bisa menjawab pertanyaan Kaila. Kaila langsung berbalik, masih di atas panggung dia melakukan "orasi", "Katanya ada rubah, tapi kok tidak ada? Mana? Mana?" dengan menggerak-gerakkan tangannya, hahahahaha. Hingga si Kaisar keluar dengan kostum bugilnya, Kaila masih di atas panggung, dia tidak mau turun sama sekali. Ia tidak tampak malu atau takut dengan keriuhan di depannya, di depan panggung. Ia baru mau meninggalkan area panggung setelah pemeran kaisar menjelaskan padanya bahwa si rubah tidak ada lagi, melarikan diri karena diburu oleh pasukan berkuda.
Benar-benar aku tak menyesal membawa Kaila ke tempat ini. Setelah hampir tiga minggu di rumah karena bronkitisnya, ternyata Kaila memang merindukan sebuah pergaulan dan menampilkan diri, hehehehe. Usai acara dan setelah bercakap-cakap sedikit dengan para pemain, kami keluar dari ruang pertunjukan. Kaila masih menyempatkan diri singgah dan mengambil satu buku saku tentang Gadis Berkerudung Merah kesukaannya (yang paling disuka menurutku, karena di rumah dia sudah memiliki dua buku dan satu dvd tentangnya :D).
Senang rasanya bisa mulai mengenalkan seni dan kreativitas ke Kaila. Di rumah kami mengenalkannya dengan beberapa alat musik, namun itu tak bertahan lama, kecuali dia suka berdendang dan bergoyang (menyanyi dan menari). Di teater anak ini dia bisa melakukan keduanya, bahkan juga ikut bermain peran; perannya sendiri, tentunya ;)
Program Teatro dell Gallo Maret 2010 http://www.libriliberi.com/images//programma%20marzo%202010.pdf
Facebook Toko Buku Libri Liberi: Libri Liberi
Mudah sekali menemukan toko buku ini di pusat kota Florence, Italia; dari Piazza (Alun-alun) San Marco, ambillah Via (Jalan) degli Arrazieri, yaitu ke arah barat dari San Marco. Di persimpangan pertama, kau akan menemukan Via San Gallo, ambillah jalan yang ke kiri. Susuri Via San Gallo sekitar 100 meter, maka kau akan melihat sebuah toko buku di sebelah kana, Libreria Libri Liberi. Dari etalase depan, toko ini tampak biasa saja dan tidak terlalu luas. Satu hal yang membuatku tertarik, banyak buku dan mainan kreatif untuk anak-anak yang dipajang, bukan buku untuk orang dewasa seperti yang biasa ditampilkan toko buku lainnya.
Minggu lalu, aku, Kaila, dan Nonno (Kakek) Maurizio singgah di toko buku ini untuk membeli peta. Kaila yang memang doyan buku langsung mengikuti instingnya untuk menjelajah toko buku ini. Tidak puas hanya mengeksplorasi bagian depan, Kaila mulai berjalan ke belakang. Ia sempat terhanti sejenak, tampak ragu atau mempertimbangkan apa yang ingin dia lakukan selanjutnya. Ia berbalik mendatangiku dan menarik tanganku, "Sini, Mamma, sini!"
Memasuki bagian tengah toko buku ini membuatku takjub. Semuanya buku tentang dan untuk anak-anak! Tak hanya itu, di sebuah ruang aku temukan juga banyak mainan kreatif untuk anak-anak; puzzle, kubus-kubus angka dan huruf, juga boneka-boneka dan panggungnya. Ah, langsung aku teringat seorang teman di Yogya yang menetapkan dirinya untuk membangun dunia yang lebih baik dengan teater boneka-nya. Kaila terus menarikku ke belakang, ke ruangan di mana di sana terdapat buku-buku untuk anak-anak yang lebih besar, usia sekolah dasar lah. Dan Kaila masih saja menuntunku memasuki toko ini makin dalam, hingga kami sampai di bagian paling belakang di bangunan utama ini. Di ruangan yang hampir paling ujung ini aku menemukan berbagai buku tentang seni yang ditulis untuk anak-anak. Kulihat juga sebuah papan tulis dan beberapa set meja dan kursi, tampaknya ruangan ini siap diubah menjadi ruang kelas sewaktu-waktu. Di paling ujung aku lihat sebuah ruangan kecil yang digunakan sebagai kantor administrasi toko.
Kaila sibuk melihat-lihat buku, sementara aku terus mengeksplorasi toko ini. Di bagian belakang bangunan utama, aku lihat sebuah halaman yang cukup luas dengan pepohonan yang cukup rindang. Wah, kawasan hijau di belakang sebuah toko, menyenangkan sekali! Dan, akhirnya, sebuah boneka ayam jantan menarim perhatianku. Ia ditempatkan di pojok halaman, di bawah sebuah gazebo (yang belakangan aku ketahui itu bukan gazebo, melainkan teras dari sebuah ruang tambahan dari kompleks toko buku ini yang digunakan untuk berbagai pertunjukan untuk anak-anak.
Oleh karena tujuan jalan-jalan kali ini adalah untuk menemani Nonno Maurizio, maka aku berjanji kepada Kaila untuk mengajaknya kembali ke sini suatu hari nanti. Sebelum meninggalkan toko, aku bertanya kepada seorang perempuan yang ada di kasir, tentang toko buku ini dan aktvitasnya. Ia menjelaskan bahwa toko buku ini memiliki jadwal rutin pertunjukan teater atau panggung boneka untuk anak-anak, juga aktivitas kreatif dan seni untuk anak-anak. Ia memberikan selembar kertas yang berisi jadwal program bulan Maret 2010. Aku menyimpannya di dalam tas, mengucapkan terima kasih dan salam. Tak lupa aku berkata kepada Kaila, "Kita pasti akan kembali ke sini, Nak!"
Minggu, 7 Maret 2010.
Hari ini udara cukup dingin, meski matahari bersinar terang seharian. Sore hari, setelah Kaila bangun dari tidur siangnya, kami mengajaknya ke untuk melihat pertunjukan teater (untuk) anak di Libreria Libri Liberi, seperti janjiku. Aku lihat di kertas program, hari ini pertunjukannya tentang seorang kaisar yang gemar berganti-ganti baju. Aku tidak tahu pasti teater ini akan dimainkan seperti apa, dengan boneka ataukah diperankan oleh orang-orang.
Kami berangkat menggunakan bus no 1B yang melewati tepat di depan apartemen kami. Turun di Piazza San Marco, dalam 5 menit kami sudah tiba di Toko Buku Bebas dengan berjalan kaki. Di dalam toko tampak sekitar 10 anak-anak bersama orang tua mereka. Seorang laki-laki di kasir mengabarkan bahwa pembelian tiket untuk teater akan dibukan lima menit lagi. Secara otomatis aku melihat jam tanganku, pukul 16.45, ehm semoga mulai tepat waktu. Sementara itu, Kaila dan Luca sudah mulai menjelajah toko buku. Kaila yang sebelumnya sudah pernah ke sini bertindak lebih aktif , dengan menyentuh dan mengambil beberapa buku atau mainan. Sedangkan Luca yang baru pertama kali, dia tampak terkagum-kagum, sama sepertiku ketika datang ke toko ini beberapa hari lalu.
Di bagian belakang toko, aku melihat beberapa orang tua berkumpul. Ternyata mereka mulai mengantri untuk membeli tiket. Aku pun mengambil posisi di sana. Kami harus membayar 7 euro untuk satu tiket dewasa dan 5 euro untuk satu tiket anak-anak. Yang sudah membeli tiket dipersilahkan memasuki sebuah bangunan kecil di pojok halaman belakang, yang di awal terasnya aku kira sebagai sebuah gazebo. Ruangan ini tidak terlalu besar, sekitar 6x10 meter dengan sebuah panggung di satu sayap dan deretan kursi di sepanjang dinding pada sayap yang lain.
Seorang narator yang mengenakan jubah sebagai kostumnya sedang berbicara dengan beberapa anak dan orang tua. Ternyata ia sedang mengajak anak-anak untuk ikut bermain. Ia mencari dua anak yang bisa membaca, karena ada adegan yang harus menggunakan percakapan. Juga dua anak lainnya untuk memerankan dua petarung untuk sebuah adegan pertarungan dalam sebuah sayembara. Oleh karena hanya bisa menemukan satu anak yang bisa membaca, akhirnya dua orang tua menjadi sukarelawan untuk ikut bermain. Si Narator juga mengajari anak-anak yang lain beberapa gerakan dan kalimat yang harus dilakukan dan diucapkan selama pertunjukan nanti. Wah, aku semakin penasaran dengan teater partisipatif ini, hihihihi.
Kaila masih malu-malu, dia minta duduk dengan Luca di kursi penonton. Lima menit kemudian ia mengajak Luca duduk bersama anak-anak lainnya. Mulailah Si Narator membuka cerita tentang seorang Kaisar yang gemar berganti pakaian, paling tidak tiga kali sehari: untuk aktivitas pagi, siang, dan malam. Di panggung diletakkan tiga buah kostum yang dibuat dari kertas warna-warni, digantung dengan sebuah tali. Tak lama kemudian keluarlah seorang perempuan yang memerankan Kaisar. Ia mulai bermonolog dengan sesekali memasukkan lengannya ke lengan baju seolah-olah ia sedang mengenakan baju-baju itu.
Baju pertama yang dikenakan adalah pakaian berburu. Kaisar ingin memburu rubah yang nakal dan sering mengambil makanan dan mainan anak-anak. Kaisar turun dari panggung dan mengambil sebuah kuda-kudaan (hampir serupa dengan kuda lumping, tapi terbuat dari kayu). Lalu ia mengajak anak-anak untuk membentuk pasukan berkuda untuk mengejar rubah. Kaila menarikku, ia mau ikut dalam barisan itu, ia berlarian bersama yang lain sambil sesekali menirukan adegan pasukan berkuda. Ia juga menanyakan, "Mana si Rubah?" Aku menjelaskan bahwa si Narator memainkan peran sebagai rubah, tapi Kaila tetap bertanya. Mungkin karena si Narator tidak mengenakan kostum rubah, sehingga Kaila tidak mengenalinya.
Kaisar kemudian mencoba mengenakan baju kedua, namun tiba-tiba ia bersin. Ternyata ia alergi terhadap daun yang dipasang sebagai aksesoris baju itu. Ia beradegan bersin-bersin yang membuat anak-anak tertawa. Baju ketiga aadalah baju pesta. Di adegan ini, anak-anak diminta berdiri dan berdansa bersama-sama dalam sebuah lingkaran. Kaila mendesak-desak maju untuk ikut, tidak ada satupun yang memberikan tangan padanya, hahahaha tapi ia tetap gembira dan menari di luar lingkaran.
Singkat cerita, Kaisar menginginkan pakaian yang lain daripada yang lain. Dua orang penjahit (salah satunya diperankan oleh anak yang bisa membaca) sedang menyiapkan sebuah baju. Ketika dicobakan ke Kaisar, mereka mengurangi beberapa bagian, sampai akhirnya ... si Kaisar tak berbaju sama sekali! Si pemeran kaisar keluar panggung dengan memasang sebuah gambar tubuh tanpa baju. Semua anak tertawa. Dan, Kaila, apa yang dia lakukan?
Dalam adegan dua orang penjahit, Kaila naik ke atas panggung, ia mendatangi si Narator dan bertanya tentang si rubah yang tak pernah ia lihat. Karena si Narator sedang sibuk menarasikan cerita, tentu saja ia tidak bisa menjawab pertanyaan Kaila. Kaila langsung berbalik, masih di atas panggung dia melakukan "orasi", "Katanya ada rubah, tapi kok tidak ada? Mana? Mana?" dengan menggerak-gerakkan tangannya, hahahahaha. Hingga si Kaisar keluar dengan kostum bugilnya, Kaila masih di atas panggung, dia tidak mau turun sama sekali. Ia tidak tampak malu atau takut dengan keriuhan di depannya, di depan panggung. Ia baru mau meninggalkan area panggung setelah pemeran kaisar menjelaskan padanya bahwa si rubah tidak ada lagi, melarikan diri karena diburu oleh pasukan berkuda.
Benar-benar aku tak menyesal membawa Kaila ke tempat ini. Setelah hampir tiga minggu di rumah karena bronkitisnya, ternyata Kaila memang merindukan sebuah pergaulan dan menampilkan diri, hehehehe. Usai acara dan setelah bercakap-cakap sedikit dengan para pemain, kami keluar dari ruang pertunjukan. Kaila masih menyempatkan diri singgah dan mengambil satu buku saku tentang Gadis Berkerudung Merah kesukaannya (yang paling disuka menurutku, karena di rumah dia sudah memiliki dua buku dan satu dvd tentangnya :D).
Senang rasanya bisa mulai mengenalkan seni dan kreativitas ke Kaila. Di rumah kami mengenalkannya dengan beberapa alat musik, namun itu tak bertahan lama, kecuali dia suka berdendang dan bergoyang (menyanyi dan menari). Di teater anak ini dia bisa melakukan keduanya, bahkan juga ikut bermain peran; perannya sendiri, tentunya ;)
Program Teatro dell Gallo Maret 2010 http://www.libriliberi.com
Facebook Toko Buku Libri Liberi: Libri Liberi
No comments:
Post a Comment