Wednesday, February 29, 2012

Diet Bayi: Sebuah Pembuka Obrolan

Sekilas tentang 'Diet'
Apakah kau termasuk orang yang mengaosiasikan kata 'diet' sekedar dengan mengurangi makanan atau menguruskan badan? Ehm, bisa jadi pemaknaan itu benar, tapi terlalu sempit, sebenarnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan (KBBI Daring), disebutkan 'di·et /diét/ n Dok aturan makanan khusus untuk kesehatan dsb (biasanya atas petunjuk dokter)' http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php. Sementara di Wikipedia, kata 'diet (nutrisi)' merujuk pada 'jumlah makanan yang dikonsumsi oleh manusia atau makhluk hidup lainnya. [lihat http://en.wikipedia.org/wiki/Diet_(nutrition)]


Tapi ... bayi berdiet? Kenapa enggak? Harus, malah! Ketika para ibu hanya memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama, itulah diet! Dilanjutkan dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI) melalui tahapan-tahapan sesuai perkembangan si bayi, itu juga diet. Jadi, gak perlu merasa aneh ketika mendengar frase 'diet bayi' ;)


Usia bayi 6 bulan bisa jadi usia penuh tantangan bagi para orangtua. Dilema "kepraktisan vs kesehatan" seringkali membentang di depan mata, belum lagi "modern vs tradisional", "lokal vs impor", "elit vs ndeso", hingga "mahal vs murah". Aku sendiri sih tidak terlalu suka mempertentangkan semua itu, karena bisa jadi setiap nilai di atas akan berlangsung berbeda pada situasi yang khas. Praktis bukan berarti tidak sehat; kalau kau ingin mengajak bayimu jalan-jalan ke gunung atau hutan seharian penuh, makanan bayi siap santap yang sehat tentu menjadi pilihan yang paling memungkinkan; praktis dan sehat bisa berjalan seiring tanpa harus dipertentangkan. 


Modern? Tradisional? Dilihat dari kacamata siapa dulu? Aku yang tinggal di Italia, keju adalah makanan lokal tradisional, yang di Indonesia menjadi makanan impor modern. Singkong, ubi jalar, buah mangga, pisang; di Indonesia menjadi makanan lokal yang sehat, di sini dia menjadi makanan impor yang harus dipastikan kualitasnya; bagaimana mereka dikirimkan melalui jasa pengiriman laut berminggu-minggu dan menjaga mereka tetap segar atau siap dimakan ketika sampai negara tujuan?




Selain bertanya dan berdiskusi dengan sesama orang tua beranak balita, aku juga suka menelusur artikel di internet dan membeli buku tentang MPASI dan menu untuk balita. Salah satu buku yang aku suka adalah Il Cucchiaino. Setelah membacanya, aku makin suka. Kenapa?


Pertama, buku ini ditulis oleh Miralda Colombo, seorang ibu muda, berdasar pengalamannya dengan anaknya yang berumur sekitar dua tahun. Dia memadukan resep tradisional warisan nenek dan ibunya, anjuran pediatra dan ahli gizi, hasil jelajahnya dari artikel/buku italia dan internasional, serta--ini yang paling penting menurutku--hasil eksplorasi dia dengan anaknya. Di sini, ia mencoba memberikan jawaban bahwa cara-cara tradisional tak harus dipertentangkan dengan yang modern.





Ada beberapa hal menarik yang aku temukan dalam buku ini.
Pertama, ia tidak hanya memuat resep untuk si bayi, tapi juga beberapa resep untuk anggota keluarga lain berbasis bahan dasar yang sama untuk makanan si bayi. Cara ini sangat membantu bagi ayah atau ibu yang tidak punya banyak waktu dan bisa menghemat belanja juga tentunya ;)
Kedua, falsafah dia tentang bahan yang dipilih untuk menyiapkan MPASI.
"Penting untuk mengenalkan berbagai makanan kepada si anak, termasuk dari belahan dunia lain, tapi yang lebih penting adalah mengutamakan bahan yang segar dan sesuai dengan musimnya."
Ini artinya, utamakan produk lokal, sesuai musim (untuk menghindari makanan yang diawetkan secara tidka alami), dan kalau bisa organik. 


Para Ayah, Ibu, ini sekelumit cerita pembukaku tentang makanan untuk bayi dan anak, juga untuk kita :) Kamu punya cerita apa?

No comments:

Post a Comment